Awal tahun 1947, Iswahjoedi diangkat menjadi Komandan Lanud Maospati Madiun dengan dibantu oleh Wiweko Soepono dan Nurtanio. Pada tahun ini juga, kembali Iswahyudi ditugaskan menjadi Komandan di Lanud Gadut Bukittinggi.
Marsekal Madya Iswahjoedi meninggal di Tanjung Hantu, Malaysia, 14 Desember 1947 karena pesawatnya jatuh tertembak. Namun Jenazahnya tidak ditemukan hingga saat ini. Namun Secara simbolik sebagai bentuk penghargaan terhadap Marsekal Madya Iswahyudi atas perjuangannya hingga detik-detik terakhir maka ditempatkan makam pahlawan di TMP Kalibata. Pada 10 November 1960, pemerintah Indonesia mengabadikan nama Iswahyudi dengan mengganti nama Lanud Maospati berganti nama menjadi Bandara Iswahyudi, Madiun.
Pangkalan Udara Iswahyudi adalah Pangkalan Udara Militer yang terletak di kecamatan Maospati, Kabupaten Magetan, Provinsi Jawa Timur. Meskipun demikian, Pangkalan Udara Iswahyudi dikenal masyarakat Indonesia sebagai bandara di Madiun, karena semua aset dikelola oleh Pemerintah Kota Madiun. Lanud ini digunakan oleh Tentara Nasional Indonesia Angkatan Udara (TNI-AU). Secara nasional, ini adalah lapangan terbang paling penting bagi TNI-AU selain Lanud Halim Perdanakusumah. Nama bandara ini diambil dari salah seorang pahlawan TNI-AU, Iswahjoedi.